Teknologi + Kebebasan – Edukasi = Kehancuran
Pemandangan yang udah biasa banget untuk kita-kita. Anak kecil yang biasanya lagi maen rumah-rumahan, petak umpet, bola, uberhem, cipdor, ya pokoknya permainan gua jaman sd lah, sekarang malah sibuk pegang gadget. Sama sih tujuannya, iya maen game.Tapi para orang tua tau ga sih kalo setiap teknologi memberikan efek positif dan juga negatif ?
Maraknya penggunaan ponsel telah menurunkan interaksi individu secara
langsung. Hal ini akan cenderung membuat pola hidup manusia menjadi
indivualistis.Gaya hidup seperti ini akan melahirkan kelompok-kelompok orang yang menganut hedonisme.
Hedonismee sebagai fenomena dan gaya hidup sudah tercermin dari prilaku
mereka sehari-hari. Mayoritas pelajar berlomba dan bermimpi untuk bisa
hidup mewah. Berfoya-foya dan nongkrong di kafe, mall dan plaza, gonta ganti gadget, memamerkan harta. Mengaku
sebagai orang timur yang beragama, namun mereka tidak risih bermesraan
di depan publik . Inilah gaya hidup mereka. Hal lain yang
membuat hati kita gundah- menyimak berita pada televisi dan Koran-koran
bahwa sudah cukup banyak pemuda-pemudi kita yang menganut paham hidup
free sex dan tidak peduli lagi pada orang-orang sekitar. Hamil di luar
nikah bukan jadi ‘aib lagi, malah sudah dianggap model karena para-para
model mereka juga banyak yang begitu seperti digossipkan oleh media
elektronik (TV) dan media cetak (majalah, Koran dan tabloid).
Gaya
hidup hedonismee tentu ada penyebabnya. Ada banyak faktor ekstrinsik
(faktor yang datang dari luar) yang memicu emosi mereka menjadi hamba
hedonisme. Orang tua dan kaum kerabat adalah penyebab utama generasi
mereka menjadi hedonisme.
Kecendrungan orang tua yang pro dengan
gaya hidup hedonism, memandang anak bukan sebagai titipan Ilahi. Tapi
memandang anak sebagai objek untuk diotak atik.Terkadang rasa sayang yang berlebihan kepada anak juga menjadi alasan orang tua untuk memenuhi semua keinginan anak yang sedang menjunjung hedonisme.